™ ¬ dj. îñdrí. ñ. fríéñds ¬÷¤—:
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks

Go down

new Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 5:38 pm

Hari itu Kamis tanggal dua puluh dua April, hari itu Eksanti mengenakan baju kaos hitam ketat yang dibalut dengan blazer berwarna biru. Eksanti mengenakan rok mini warna hitam dengan motif bunga kecoklatan yang senada dengan warna kaosnya. Rambutnya yang terurai basah ia ikat dengan bando mutiara, sementara sapuan makeup tipis meronai wajahnya. Hari itu adalah hari pertama kami menempati meja-meja yang baru dipesan dan posisi tempat duduknya tepat diagonal berseberangan dengan tempat dudukku.

Sesekali aku melirik kearahnya yang lagi asyik mengetik, dan entah mengapa pandangan mataku senantiasa terpaku pada kakinya yang panjang dan indah itu. Sesekali betisnya terlihat jelas olehku ketika rok pendek yang ia kenakan tersingkap. Tanpa disadari, Eksanti seringkali menyilangkan kaki jenjangnya itu, dan setiap kali Eksanti melakukannya aku selalu memperhatikannya. Sungguh aku bisa menyaksikan urat nadinya yang berwarna hijau kebiruan itu menghias indah kontras sekali dengan warna putih pangkal pahanya. Fikiranku melayang jauh... seandainya aku bisa mengelus lembut dirinya saat itu, seperti apa yang pernah kami alami... dulu ”Occhhhhh...”, aku cuma bisa menghela nafas panjang.

Saat Eksanti sedang membereskan tumpukan file di atas meja barunya, tiba-tiba, braakkkk... setumpuk file yang semula berada di atas mejanya jatuh berserakan di lantai.
“Wauuuww...”, Eksanti berteriak kaget, dan akupun ikut terkaget karena kejadian itu.
Aku melihat kekesalan di raut wajahnya, sementara suhu ruangan kami yang tidak terlalu dingin, membuat dirinya merasa makin kepanasan karena harus bekerja keras merapikan file-filenya.
“Panas sekali yaa.. Mas”, Eksanti berujar pelan sambil melepaskan blazer warna birunya.

Aku mengangguk mengiyakan sambil melirik ke arahnya, sehingga terlihat dengan jelas olehku lengannya yang putih mulus, dan lehernya yang jenjang dengan tahi lalat kecil di dekat pundaknya. Bayang-bayang indah tubuhnya yang langsing tetapi padat berisi itu, semakin melekat jelas dibalik kaos dan roknya yang ketat itu. Guratan tali bra yang menutup erat dua gundukan kenyal di dadanya makin nampak jelas, dan semakin jelas ketika ia menggeliatkan tubuhnya.

“Hmmm...”, aku menarik nafas panjang menyaksikan pemandangan yang sangat indah itu.
Eksanti berdiri lalu berjongkok di depan mejanya untuk membereskan file yang tadi berjatuhan. Kakinya yang panjang dan indah semakin menggoda perasaanku, terlebih pada saat Eksanti sedang menunduk untuk membenahi file yang masih berserakan di bawah mejanya. Rok pendeknya kembali tersingkap dan kaos ketatnya tercabut dari roknya sehingga menampakkan sebagian perut dan pinggangnya.

Sementara kejadian itu berlalu, mataku terpaku erat pada pemandangan indah disekitar pangkal pahanya dan tiba-tiba darahku berdesir keras saat Eksanti memergokiku sedang menikmati pemandangan indah itu. Akupun salah tingkah dan ketika kembali aku melirik ke arahnya, aku melihat Eksanti yang tersipu malu.

Ketika Eksanti selesai mengangkat kembali file ke atas mejanya, Eksanti kembali duduk di kursinya sambil sekali lagi menyilangkan kaki panjangnya. Aku lalu mendial komputernya melakukan chatting untuk meminta maaf kepadanya karena perbuatanku yang lancang itu.
“Maaf yaa.., tadi Mas sampai takjub ngelihatin Eksanti”.
“Nggak apa-apa kok Mas, abis emang roknya yang salah sih.. kependekan”, begitu candanya menjawab pernyataan maafku.
“Kalau nggak apa-apa, Mas boleh ngelihat lagi dong..”, aku balik memohon.
“Jangan ahh... nanti ketahuan orang lho... bahaya...”, jawabnya sambil sedikit beringsut dari tempat duduknya sehingga kembali aku menyaksikan singkapan pahanya yang putih mulus itu.
Hmmm...sekali lagi aku menarik nafas panjang menahan gejolak perasaanku.
sambil kutulis “San.., Mas nggak tahan...”.
“Hmmm..., nggak tahan pengin ngapain sih Mas?”, Eksanti menggodaku.
“Nggak tahan pengin meluk kamu..”, aku membalas candanya sambil aku tolehkan pandangan mataku ke arahnya.

Saat itu Eksantipun menatap ke arahku, dan pandangan mata kami bertemu. Darahku kembali mengalir deras, terlebih ketika Eksanti menggodaku dengan cara membasahi bibir tipis itu dengan lidahnya, dan akupun membalasnya dengan mengedipkan sebelah mataku.
"Mas, lagi mbayangin apa sih", Eksanti bertanya kepadaku melalui komputernya.
“Achh... nggak, aku cuman mbayangin Eksanti lagi maem pisang”, aku membalas candanya.
“Hee.. hee.. hee.., Mas porno dech”, Eksanti balas menjawab.
Aku semakin tidak tahan menahan gejolak perasaanku.
Lalu aku berkata kepadanya, “Santi, Mas mau out dulu yaa... mau ke kamar kecil.
“Iya deh, baru segitu aja... out”, Eksantipun membalas sambil meledekku.

Lalu aku beringsut dari tempat dudukku dan sebelum aku menuju ke kamar kecil sengaja aku berjalan ke arah belakang tempat duduknya. Jantungku berdegup keras, dan dengan tanganku yang masih bergetar aku sibakkan rambutnya yang hitam dan wangi itu, lalu aku mencium dengan lembut tengkuk lehernya... lembut sekali. Rambut-rambut halus di atas tengkuknya terlihat jelas olehku dan bau harum parfumnya itu begitu menusuk hidungku. Eksantipun menggeliat pelan sambil dengan cepat tangannya berusaha menahanku.

“Jangan Mas, please... nanti dilihat orang”, begitu katanya. Tetapi tanpa disengaja ujung jemarinya justru tertahan pada batang kejantananku sehingga benda yang sedari tadi telah keras itu, kini jadi semakin mengeras. Dengan refleks, jemarinya meremas kejantananku dengan lembut. Aku memejamkan mataku, dan lima detik kemudian Eksantipun baru tersadar pada kejadian itu.
Eksanti lantas tersipu malu sambil berkata “Maaf, Mas.. Santi nggak sengaja...”
Aku membalasnya dengan meremas mesra jemarinya sambil berkata, “Nggak apa-apa kok, Santi, lebih lama juga nggak apa-apa..“, aku menggodanya sambil berjalan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.

Di dalam kamar mandi aku membuka celana dan menurunkan celana dalamku lalu aku mendekap erat kejantananku membayangkan apa yang baru saja aku alami. Aku duduk di atas pinggiran bak mandi sambil tanganku meremasi kejantananku. Aku sedang mengkhayalkan remasan lembut jemari tangannya ketika tiba-tiba aku mendengar ketokan di depan pintu membuyarkan khayalan indahku itu.
“Mas... lagi ngapain...?”. Eksanti menyapa dari balik pintu.
Aku gugup dan menjawab “Nggakk.. nggak lagi ngapa-ngapain”. Tetapi pintu kamar mandi yang tidak bisa terkunci itu telah terbuka dan Eksanti tersenyum melihat tingkahku saat itu. Aku masih terduduk di atas bibir bak mandi, sementara tanganku berusaha menutupi kejantananku yang mendongak kencang. Eksanti masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.

“Mas aku bantuin yaa...”, Eksanti berkata pelan sambil tangannya berusaha mendekap kejantananku.
Aku masih tergugup-gugup ketika Eksanti mulai berjongkok dan mengulum ujung kejantananku.
“Santi gemes deh sama yang ini, Mas...”, Eksanti bergumam sambil menjilati lubang di atas kepala kejantananku dan terus memasukkan kejantananku yang panjang ke dalam mulut kecilnya.
Lidahnya menyapu-nyapu lembut disepanjang kejantananku menimbulkan bunyi yang semakin menambah nikmat birahiku, dan aku merasakan kejantananku semakin mengeras di dalam mulutnya. Aku meremasi rambutnya dengan kasar, Eksantipun mulai mengigit-gigit lembut kepala kejantananku, dan sesekali tangannya meremasi dua bolaku yang telah penuh oleh cairan nikmatku.
“Ochhh Santiii... Mas enak sekali... “, aku mengerang-erang sambil mengusap-usap kepalanya, dan Eksanti semakin mempercepat irama kulumannya... semakin lama semakin cepat...
“Occhhhh... Santii... ochh...”, aku menahan rasa geli nikmat, dan ketika puncakku hampir tiba, dengan cepat aku mengangkat kepalanya.
“Santi, jangan sekarang yaaa... please, sekarang gantian Mas yaa..”
Eksanti tersenyum dan melepaskan kulumannya dari kepala batang kejantananku, sambil mengecup mesra ujungnya.

Lalu Eksanti berdiri merapat di dinding kamar mandi, matanya terpejam dan bibirnya terkatup rapat menahan rasa geli dan nikmat akibat rabaan jemariku pada kedua tonjolan di dadanya. Aku meremas-remas pelan kedua tonjolan yang mulai mengeras itu, dan Eksantipun mendesah-desah penuh rasa nikmat yang luar biasa.
“Sshhhh... shhh... enak Mas...”

Bibirku mengulum-ngulum lembut bibirnya, dan Eksantipun membalasnya dengan pagutan pada leherku. Tanganku menarik dengan lembut putingnya yang panjang merah kecoklatan dan telah mengeras, dan Eksanti menggigit lembut leherku dengan meninggalkan warna merah tua disekujur leherku. Lidahku menjilat-jilat lehernya pelan sekali... lembut sekali... lalu turun kearah putingnya yang kiri... aku kulum-kulum... lalu yang kanan. Mulutku terus mengulumi puting payudaranya yang semakin mengeras dan Eksanti tertawa geli bercampur nikmat.

“Ochhhh... Santi enakkkk... Masss...”, Eksanti mendesah lembut.
Sesekali aku menggigit putingnya dengan lembut dan Eksanti mendesis-desis menahan rasa geli yang semakin menjadi-jadi.
“Ochhhh... ochhh...”. Kemudian bibirku turun ke arah lubang pusarnya dan aku mencium serta menjilati perutnya yang putih itu. Eksanti menggeliat pelan sembari meremas-remas rambut kepalaku, saat tanganku menyibakkan roknya. Ketika aku berhasil melepaskan roknya, terlihat celana dalam warna kremnya yang berenda-renda indah membalut ketat kewanitaannya yang telah membasah, dan rambut hitamnya samar-samar terbayang jelas dibalik celana dalam indahnya itu.

Segera aku menurunkan celana dalamnya dengan menggigitnya ke bawah, lalu aku melumati bibir kewanitaannya. Bibir kewanitaannya yang merah terlihat jelas olehku dan lidahku menelusurinya berusaha mencari-cari tonjolan klitorisnya. Ketika aku menemukan ujung klitorisnya aku menjilatinya penuh rasa nikmat sembari menusuk-nusukkan jemari tengahku ke dalam lubang nikmatnya.
“Ochh... Masss...”, Eksanti berteriak pelan sambil menggigit bibir bawahnya.
Eksantipun semakin menggeliat ketika aku rasakan lelehan cairan nikmatnya deras mengalir keluar dan tiba-tiba badannya meregang sambil berteriak pelan, “Terusss... Mas... please... teruskan Mas...”.
Aku terus menusukan jemariku mengiringi datangnya rasa puncaknya yang pertama ...

Ketika lubang kewanitaannya telah semakin membasah, aku lalu berdiri dan langsung menusukkan kejantananku dari arah depan, sembari bibir kami beradu rapat. Bless... aku mendorongkan tubuhku ke arahnya dan kejantananku semakin terbenam rapat di dalam kewanitaannya diiringi dengan rasa geli bercampur nikmat yang luar biasa. Bibir luar kewanitaannya yang menggelambir itu mengatup erat pada kejantananku, sementara dinding dalam kewanitaannya terasa enak memijit-mijit lembut ujung kepalanya. Plasss... plass... plas... aku semakin mempercepat irama tusukanku, sembari memutar-mutarkan pinggulku seolah-olah ingin menancapkan kejantananku lebih dalam lagi. Tangannya memeluk rapat buah pantatku dan berusaha mendorongnya ke arah tubuhnya, dan irama kita berdua semakin cepat dan semakin rapat, membuat aku semakin tidak kuasa menahan rasa nikmat pijatan-pijitan dinding kewanitaannya disepanjang kejantananku.

Tanganku meremasi ujung putingnya dengan lembut dan sesekali berpindah kearah belakang lehernya sembari aku kulumi bibirnya yang kecil itu. Lima menit berselang lalu tiba-tiba, “..Masss.., Santi enakkkkk...”, Eksanti berteriak pelan sembari meregangkan tubuhnya menikmati puncak rasa keduanya. Aku mempercepat tusukanku dan semakin cepat.. semakin cepat... sembari bibirku mengigit-gigit bibirnya dengan lembut.
“Ochhhh.. Masss.., Santi.. enakkk...” Eksanti melenguh panjang sembari memagut kembali leherku dengan keras.

Suhu udara di dalam kamar mandi itu semakin panas. Aku tetap memeluk erat tubuhnya, sembari menciumi peluh yang menetes deras di lehernya. Dengan segera aku membalikkan tubuhnya, dan tangannya lalu menumpu pada bibir kamar mandi. Dengan cepat aku menusukkan kejantananku kedalam lubang nikmatnya dari arah belakang. Aku menggesek-gesekan dengan cepat kejantananku di dalam lubang kewanitaannya.

“Achh.. Santiii..., Mas juga enak sekaliii...”, aku mengerang-erang.
Tanganku memeluknya dari arah belakang, dan bibirku menciumi peluh yang meleleh di sepanjang leher dan sekujur punggungnya sembari jemariku tetap memilin-milin putingnya yang merah kecoklatan itu.
“Ayo Mass.. Santi ingin Mas... juga enakkkk..., ayo Mas... lebih cepat lagiii...”, Eksanti merintih-rintih sembari bibir bawahnya ia gigit rapat.
“Ochhh.. Santiii.., Mas mau keluarrrr...”, aku berteriak sambil menggigit lembut telinganya.
“Ayo.. Mas... kita sama-sama...”, Eksanti menjawab dengan terengah-engah. Lalu tiba-tiba plashhh.. plashh.. plashh... (8x) cairan hangatku terhambur keluar dan masuk kedalam lubang kenikmatannya.
“Ochhhh.. Santiii..., Mas... enakkkkk..”, aku menjerit menikmati saat-sat puncakku sambil terus menancap-nancapkan kejantananku. Dan lima detik kemudian, tubuhnya meregang dan Eksantipun berteriak nikmat, "Mas.. Santi enakkkk.. sekaliii...”, dan akupun merasakan cairan nikmatnya meleleh deras dari kewanitaannya.

Kami berdua terkulai lemas, dan sebelum keluar dari kamar mandi aku peluk erat dirinya dan aku cium keningnya sambil berujar, “Terima kasih yaa.. Santi, sudah lama Mas nggak pernah merasakan yang senikmat ini.”
Aku berusaha membantu merapikan pakaiannya dan Eksanti tersenyum lembut serta menjawab “Sama-sama Mas, Santi juga seneng kalau Mas enak...”
Lalu kami berkemas dan keluar dari kamar mandi itu untuk kembali bekerja seperti semula.


Last edited by on Tue Nov 20, 2007 5:41 pm; edited 1 time in total

Tamu
Guest


Back to top Go down

new Kasir Departement Store

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 5:41 pm

Saya seorang Mahasiswa Perguruan Tinggi Teknik di kota J dengan panggilan Joy. Tiga tahu yang lalu saya sehabis pulang kuliah belanja ke sebuah Department Store (toko serba ada, red) yang lumayan Gede di Kota J ini, karena saya seorang anak kost belanjanya juga disesuaikan dengan kantong anak kost yaitu Mie Instant sama soft drink kesukaan saya. Setelah beres keliling Department Store tersebut saya mulai antri di kassa. Sampai di kassa saya di layani oleh seorang kasir yang manis dengan body yang ramping dengan ukuran yang sangat proposional di tambah kulitnya yang mulus dan kuning langsat rambutnya di potong tidak terlalu pendek sehingga sangat jelas kelihatan sekali jenjang lehernya, umurnya kira kira 20an beda satu tahun sama saya. Kasir tersebut menghitung belanjaan saya yang tak banyak itu kemudian saya bayar semuanya kebetulan di saku banyak uang receh cepean pas di kasih ke kasir dia nyeletuk " Wah anak Kost yah...??"sambil tersenyum manis menatapku, " Iya Mbak nih.. anak kost, mentang-mentang belanjaanya kayak gini sama duitnya receh mbak langsung tahu saya anak Kost Makasih ..Mbak " jawab saya sambil pergi meninggalkan Cassa tak lupa juga membalas senyumnya. Dua hari kemudian saya kembali ke tempat itu lagi, dengan harapan ketemu kasir yang cantik itu dan untuk belanja Mie dan Soft drink lagi, setelah saya melihat-lihat diluar kasir tersebut ada, saya masuk untuk membeli Mie dan Soft drink setelah selesai langsung ke kassa yang ditempati kasir yang manis tersebut, baru sampai di depanya dia udah ngomong " eh ini yang kemarin yach ..?"tanyanya. "Lho Kok tau sich" aku menjawab. " Dari Belanjaanya tuh..!!'' jawabnya lagi. Sambil Dia menghitung belanjaan dan kebetulan antrian masih kosong dia bilang " Mau lagi nggak saya kasih satu lagi coca-colanya. .??" , "Bener Nich mau ngasih saya ..?" jawab saya ."Bener saya mau ngasih satu khusus buat anak Kos " dia jawab sambil tertawa kemudian dia menyuruh teman kerjanya yg lain untuk mengambil minuman tersebut lantas saya bayar sambil memberi dia sebuah voucher di Fast Food terkenal, " ini...buat Mbak ..kalo mbak mau..", "iya saya mau.." jawab dia. kemudian dia memberi saya no telpon " Ini no telpon dan nama saya ..telpon yah..". " Oh.. Namanya Lely (nama samaran), ..nanti saya telpon dech ..!" saya menjawab sambil meninggalkan tempat itu.
Sekitar Jam tujuh malam saya telpon Lely setelah ngomong ngalor ngidul dia bilang nggak ada siapa-siapa di rumah. Saya ajak Lely untuk makan malam kebetulan rumahnya tidak begitu jauh dari kost saya. saya janjian untuk ketemu di perempatan jalan yg udah di tentuin. Setelah ketemu langsung belanja makanan di warung Padang dan terus ke rumah kost saya dan masuk ke kamar saya. Selama kita makan hanya cuman ngobrol-ngobrol saja sampai kemudian dia minta pulang karena takut orang tuanya sudah datang, tak lupa juga saya janji mau jemput Lely besok sore sehabis pulang kerja buat minta bantuin tugas gambar yang belom selesai ( he..he.. manfaatin selagi dia mau bantuin saya ).

Besoknya Jam 15.00 saya jemput dia di tempat kerjanya langsung kerumah kost kemudian saya menyiapakan beberapa lembar Gambar yang mesti Lely warnain pake pencil warna, selama saya dan Lely mengambar kita saling becanda mengomentari hasil kerjaan masing masing. Saya mengambil pincil yang di pegang Lely sambil ngomong " Udah..ah istirahat dulu sudah banyak tuh gambar yang udah kamu
arsir" ."Tanggung ..dikit lagi nih " jawab dia sambil mencoba merebut pencil. Tanpa di sadari selagi mencoba merebut pinsil Buah Dada Lely menepel pada dada saya yang pada waktu itu duduk saling berhadapan, karena Lely tak berhasil merebut pinsil dari tangan saya kita saling bertatapan saling memandang diam seribu bahasa. Secara Naluriah tanpa disuruh saya dan Lely saling mendekatkan mulut masing-masing sampai kemudian bercumbu dengan hebatnya dan bergantian mengkulum lidah. tangang kanan saya mulai meraba raba raba buah dada Lely yang ukuranya sedang-sedang saja kemudian saya membaringkan Lely di tepat tidur. saya remas-remas buah dada lely bergantian sampai dia mengerang "Joy.. enak.. Joy terusin egh... egh". Mendengar erangannya saya makin bernafsu untuk meramas Buah dada lely, setelah puas meremas saya buka pakaian dan B.H yang dia pake, setelah terbuka langsung saya menjilatin. menyedot, memilin kedua puting susunya yang di rasakan sangat nikmat sekali "Ah...enak sekali ..ayo terus "lely mendesah , Saya sesekali mengigit mesra puting dan bagiaan susu yang lainya sampai merah. Lely tampak menikmati apa yang saya lakukan terlihat dari matanya yang merem melek dan erangangannya yang semakin keras juga pantanya terlihat mengelinjang dan mengoyang-goyangkan ya seperti orang yg sedang bersetubuh walaupun badan saya tertelungkup di pingir Badan Lely. Saya semakin bernafsu dengan menjiati bagian badan yang lainya seperti perut dan pusar sampai semua bagian itu sudah tidak ada yang terlewat. Kemudian jilatan saya diterusin kekemaluamnya terhenti sejenak karena Rok dan celana dalamnya masih terpakai, pas mo di buka Lely berkata dengan Lirih " Joy jangan .. Joy.. jangan' " aku tidak peduli dengan rintihanya dengan sedikit memaksa aku berhasil membuka rok dan celana dalamnya, saya jilatin langsung bagian clitorisnya bergantiann oleh kelitikan-kelitikan dengan jari tengah saya. tak bisa di tahan lagi Lely mengelinjang dan mengoyang goyang pantatnya semakin hebat dan semakin cepat. melihat tingkah Lely yang semakin tidak terkendali saya buka baju dan celana saya, kemaluan saya yang dari tadi menegang terus sudah tidak sabar ingin dimasukan ke lobang kemaluanya Lely. Pas mau di masukan Lely menahan batang kemaluan kemaluan saya dengan tangannya sambil berkata " Jangan joy .. jangan .. jangang ", saya sempat berpikir sejenak nih anak bahasa tubuh sama mulutnya lain sekali, mulut bilang begitu tapi tubuh tetap mengelinjang dan mengoyangkan pantatnya. "Lely ... nggak apa - apa sayang .. saya pinjam lobang kamu sebentar aja.." akhirnya dengan sedikit rayuan tersebut Lely mau menuntun kemaluan saya untuk dimasukan ke Lobang kemaluannya. setelah masuk semuanya Lely sedikit merintih "eee .. nak ... Joy" tanpa di komando Lely langsung mengoyang pantatnya sementara saya di atas memberi kesempatan Lely untuk dapat menikmatinya setelah beberapa menit Lely tampak kelihatan mau orgasme terlihat dengan mencengkram keras badan saya dan goyangannya makin cepat juga kemaluanya yang semakin mencengkram kemaluan saya, berengan degan teriakan "ergggggggggggggg. .. hhhhhhhhh" Lely pindah mencengkram pantat saya dengan sangat kuat sekali kemudian berhenti mengoyangkan pantatnya. Kini bagian saya yang mengoyangkan pantat .. maju mundur .. maju mundur .. kemaluan Lely mengeluarkan bunyi "Plok .. plok .. plok .. plok.." karena adanya gesekan kemaluan saya sama Lely yang telah basah sama cairan yang keluar dari Lobang kemaluan Lely, sementara Lely hanya terengah engah dan mengoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tak lama kemudian saya oragasme crot .. crot ... crot .. cairan mani saya muncrat memenuhi lobang kemaluan Lely. Saya terengah-engah dan tertelungkup menindih badan dengan sejuta tanda tanya di kelapaku "Gimana kalo si Lely ini Penyakitan, Gimana kalo si Lely ini hamil, Gimana kalo si Lely ini ngajak kimpoi" itulah beberapa pikiranku saat itu, kemudian Lely mengusap keringat di kening saya dengan tissue yg ada di meja sebelah tempat tidur Lely berkata " Kamu cape sayang..??" saya mengangguk kemudian mengelus - ngelus rambutnya terlihat di matanya ada air mata yang meleleh "Kenapa kamu nangis sayang..??" tanyaku. " Saya mau berterus terang sama kamu Joy...." Lely menjawab dengan air mata yang masih meleleh. "Saya sudah menikah ... Joy ..". "Apa...!!" jawabku agak sediikit kaget. "Trus suami kamu kemana ...?" saya bertanya, "Suami saya telah meninggalkan saya tanpa tanggung jawab setahun yang lalu dan saya sudah punya seorang putri berumur Dua tahun.." jawabnya sedih, "masak sich kamu semuda ini ... body kamu masih o.k banget kamu udah nikah dan punya anak...? ( Walupun pas lagi M.L saya merasa bahwa dia udah bukan perawan lagi )" kataku sedikit becanda sambil mengusap air matanya yang masih meleleh, " Bener Joy .. kalo tidak percaya kamu bisa main ke Rumah saya " dia tampak berusaha buat meyakinkan saya. Masih dalam keadaan bugil saya dan Lely ngobrol banyak tentang keadaanya, dari situ saya tahu Lely kimpoi muda karena kecelakaan sama cowok yang tidak bertanggung jawab sehingga dia mengorbankan kuliahnya di fakutas hukum pada salah satu Universitas negeri Terkenal di kota B karena orangtuanya tidak menyetuji perkimpoiannya dan suaminya itu tidak menafkahinya. Setelah ngobrol panjang saya dan Lely bermain sex sekali lagi tanpa takut dia hamil, karena Lely mengunakan alat kontrasepsi ketika suaminya masih ada, kemudian Lely dan saya mandi berdua di kamar mandi yang menyatu dengan kamar kost dan saya mengantarkanya pulang.
Setelah kejadian itu saya dan Lely sering melakukan sex di kost saya sampai sekarang, apabila saya udah horny banget tinggal telpon sama dia, begitu juga bila dia pengen ngesex Lely suka dateng mengunjungi rumah kost saya, sampai pada akhirnya karena Lely perhatiaan, ketulusanya, sayang dan setia banget sama saya (walaupun saya merasa suka selingkuh ) juga servisnya di tempat tidur yang hebat sekali saya bilang "I Love U " sama Lely. Saya sudah bisa menerima masa lalunya dan putrinya yang sangat lucu.


Tamu
Guest


Back to top Go down

new Cewe Gila Nafsu banget ama Plerr

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 6:03 pm

Jam 20:30 Aku dan Lia sudah berada dalam pesawat. Aku duduk di sebelah jendela, Lia ditengah dan kursi sebelah kanannya nampak kosong. Beberapa menit sesudahnya terdengar suara pesawat meluncur di landasan.
Aku dan Lia adalah sahabat lama. Hubungan antara kami sebenarnya tidak bisa dikatakan kekasih. Namun meski statusnya sahabat tapi sikap dan perilaku hubungan kami sangat mesra seperti sepasang kekasih.
Akhirnya lampu kabin pesawat dimatikan aku dan Lia pun siap-siap untuk tidur. Lia bersandar dipundakku dan dia menaikkan kakinya dikursi sebelah. Karena posisinya kurang enak, aku menaikkan sandaran lengan kursiku sehingga Lia bisa dengan bebas menyandarkan kepalanya dipahaku. Baru sebentar memejamkan mata, tiba-tiba gadis itu terbangun, kemudian membuka jaketnya dan kembali merebahkan kepalanya.
Aku menghela nafas setelah Lia memejamkan matanya kembali. Huh? untung saja tidak ketahuan tadi kalau sebenarnya sempat terbersit lamunan jorok di otakku dikarenakan menatap wajahnya yang cantik. Gadis itu baik memakai kacamata atau tidak namun wajahnya memang cantik. Kulitnya putih pucat, namun karena pucat itulah membuat gairahku berdesir setiap kali bertatap muka dengannya.

Kami hendak bertolak pergi ke-Bali untuk berlibur, setelah mengambil cuti satu minggu. Kami berdua memang partner bekerja yang akrab, sampai-sampai teman-teman sekantor banyak yang mengatakan bahwa kami berpacaran. Namun mereka semua salah besar, karena diantara kami tidak pernah ada ikatan dan komitmen.
Ketika aku sedang asik melamun, sambil memandang wajahnya tiba-tiba kurasakan jemari halus dan lembut itu meraba bagian depan celanaku
"Hayo, ngelamun jorok ya?" terdengar suara Lia pelan, tapi matanya masih terpejam. Aku pun merasa terpojok dan malu karena tertangkap basah. Akhirnya kujawab pertanyaan Lia dengan jujur "Hehehehe.. tahu aja kamu" jawabku.
Kedua matanya membuka perlahan dan bibirnya tersenyum, "Si Rina bilang kontol kamu gede banget, ternyata ia benar juga"
Ups, baru kali ini aku dengar ia berbicara lugas seperti itu. Sekejap kemudian suasana berubah biasa lagi, "Kamu tuh, mau aja percaya orang lain." Baru saja aku berbicara demikian, tahu-tahu Lia sudah meremas batang kemaluanku yang masih terbungkus dalam celana. "Jahat, aku yang sudah berteman lama sama kamu gak pernah dikasih tahu, tapi si Rina malah udah pernah nyobain!" Ujarnya menggemaskan.
"Aduh, sakit tahu. Kamu nih maen remas-remas aja. Awas ya, kubalas nanti!"
"Siapa takut, weee?salahnya sendiri ngasih bantal yang bisa turun naik gitu!" ucapnya lagi sambil menjulurkan lidahnya. Semakin tidak tahan saja aku menahan penisku untuk tidak berdiri tegang. Kebetulan sekali tempat duduk kami berada di urutan paling ujung, sehingga aku bisa melihat dengan jelas apabila ada orang yang berjalan ke arah kami untuk ke toilet. Langsung saja satu tanganku menyelusup kebawah selimut Lia dan mengelus-elus paha mulusnya. Lia pun mulai membuka risleting celanaku dengan tangannya, kubiarkan sejenak ia menikmati melakukan hal tesebut. Setelah berhasil menurunkan retsleting celanaku, kubantu Lia dengan menurunkan sedikit celana dan celana dalamku, akibatnya batang kemaluanku yang telah menegang dari tadi langsung mencuat keluar. Membuat Lia sedikit terkejut, kaget menatapnya.
"Waw...Ri, Ini kontol apa kontol?" Ucapnya setengah berbisik. Aku tersenyum dan menunduk sebentar. "Ini pelir kuda namanya, Ya" Jawabku dan juga berbisik ditelinganya. "Kalau gitu pasangannya ada dibawah sini sayang" Ucapnya lagi, sambil menuntun tangan kiriku turun lebih dalam kepangkal paha-nya. Ternyata didalam rok Lia, ia tidak mengenakan celana dalam. Aku terheran sejenak. Tapi Lia yang menangkap ekspresi mukaku cepat berkata.
"Kaget ya? Aku sengaja nggak pakai celana dalam" katanya sambil tertawa kecil. Tanpa diperintah lagi, tanganku langsung meremas gundukan vaginanya itu, ia tersenyak tapi cepat pula wajah cantiknya merona merah, aku tahu ia menikmati hal itu. Aku mengelus-elus bibir vaginanya yang lembut, sementara Lia sudah meraih batang kemaluanku dan menjilatinya penuh nafsu. Mengulum-ngulum penisku dengan bibirnya, atau dimasukkan kedalam mulutnya, dihisap dalam sehingga membuat tubuhku terasa melayang. Aku perhatikan keadaan kursi-kursi didepanku sepi, sunyi. Kemungkinan semua orang telah tertidur.
Kali ini kepala Lia sudah bergerak maju mundur mengocok kemaluanku. Slop..slop...slop.. begitu bunyi air liurnya yang banjir membasahi penisku. Bibirnya yang seksi berdecap-decap, Lia seperti tidak mau tahu dengan keadaanku yang semakin lama semakin dekat dengan saat ejakulasi. Namun aku sendiri berusaha menahannya, sekaligus mempermainkan gadis cantik itu, dan membuktikan padanya kalau aku bukan tipe cowo yang mudah sekali meraih klimaks.
"Lia, kamu nafsu sekali sih sayang!" Kucoba mengalihkan perhatiannya. Gadis itu tersenyum, "Abis aku dah dua minggu gak dikasih kontol ama pacarku, makanya aku lagi nafsu banget. Aku mau makan kontolmu Ri...Nyaamm!" Lia kembali mengemut penisku, sekarang ia juga mengocok kemaluanku itu dengan tangannya. Aku pun mendesah keenakan.
Kepala Lia semakin kencang bergerak maju mundur, malah posisinya sudah berjongkok didepanku, celanaku semakin turun kebawah..."Ahhhh...Liaa, enak bangett..aku dah gak tahan nih!"
"Keluarin sayang, keluarin..aja...Lia siap menerimanya...Lia hauss...!" hisapan dan kocokan Lia semakin cepat mengerjai penisku.."Liaa...sudah hampir nih, cepetin lagi sepongannya...!", ia tidak menjawab kata-kataku, tapi gerakan mulutnya semakin cepat dan suara decapan mulutnya menjadi jelas sekali ditelingaku, kami berdua sudah tidak perduli lagi....., slurrpppppppp.. Lia menghisap dalam-dalam kemaluanku, rasanya seluruh persendian tubuhku seperti tertarik hendak keluar saja....tangannya digerakkan kencang, dan...crootttttt....croooottt....
Cairan maniku keluar bermuncratan dengan deras di mulut Lia, ia menjilat semuanya tanpa sisa. "Enak banget..pinter kamu ya!", tapi Lia tidak menjawab, malahan ia mencium bibirku dan berkata "Susul Aku ke toilet, I need you now".
Aku menunggu beberapa saat setelah Lia masuk ke toilet lebih dahulu. Kemudian aku mengikutinya masuk. Didalam toilet Lia sudah telanjang bulat, bajunya terserak di lantai. langsung saja aku memburu bibirnya nafsu sambil meremas-remas payudara dan pantatnya. Lalu ia menarik bajuku ke atas dan menjilat putingku, rasanya sangat geli dan enak. Aku mendudukkan Lia di atas wastafel, kakinya yang panjang ia sandarkan pada pundakku, barulah aku mulai menjilat vaginanya yang bersih.
"Rajin dicukur ya sayang?" Tanyaku menggoda sambil meraba-raba bibir vaginanya. "Iya-lah, biar enak nanti pas digesek jembutmu!". Lagi-lagi gadis cantik ini tidak malu-malu untuk berbicara vulgar, dengan cepat kuciumi paha bagian dalamnya. Aku beri cupangan merah, sedangkan Lia menggigit bibirnya agar tidak menjerit dan mendesah, "Uummpphh.. Gila enak banget Ri"

Aku tidak ingin buru-buru mencicipi vaginanya, kubiarkan dulu dirinya sambil terus menciumi paha dan meraba-raba vaginanya, Lia pun tambah blingsatan, pinggulnya bergoyang-goyang?"Ssshhh?Ri, jilat memek Lia Ri?.memek Lia mau dijilat?aaahh!" Kata-kata seperti itulah yang hendak aku dengar darinya, tapi tetap saja aku biarkan hingga kedua tangan Lia sendiri yang memegang kepalaku dan menekannya pada daerah kemaluannya.
Haaapp?dengan lahap aku hisap kemaluan gadis ini, Lia pun menjerit kecil.."Awww?ssshh?terus Ri, enak banget!" kugigit-gigit kecil bibir kemaluannya, birahi Lia semakin meninggi, ia mendesah dan mengaduh sambil meremas-remas buah dadanya sendiri. Sluuurrpp..Cairan yang keluar deras dari vaginanya aku hisap dalam-dalam, sekaligus kuraih klitorisnya dengan bibirku dan kumainkan, "Aduhh?Ri, Lia gak tahan?aduhhhh?masukin kontolmu sayang?masukin ke memek Lia?!"
"Mau diapain sayang?", tanyaku masih menggodanya, "Aaahh?mau dimasukkin kontolmu Ri?Ayo cepat!" Tiba-tiba tubuh seksinya itu segera kuangkat dan dengan cepat ku tusukkan batang kemaluanku?Blessssss? Lia menjerit, tangannya erat merangkul leherku, sampai-sampai jari-jemarinya mencakar punggungku juga?"Akkhhhhh?sakitttt Riii!" Begitu bunyi jerit teriakannya yang menurutku sangat erotis ditambah wajah pucatnya disaat ia menjerit tadi, menambah horni diriku yang melihatnya.
Aku duduk ditoilet memangku Lia, kudiamkan sebentar kemaluanku didalam vaginanya yang sempit dan hangat.. "Uuuu?kamu jahat, gak bilang-bilang dulu!" Ucapnya manja sambil memukul-mukul kecil dadaku. "Tadi katanya minta dimasukin, eh sekarang malah dibilang jahat, aku keluarin deh!" Lia segera berseru, "Ri, Jangan dikeluarin, orang lagi enak kok!" Ujarnya sambil menggoyangkan pinggulnya dengan sangat erotis. "Memek Lia kerasa penuh nih, kontolmu sih gede banget, tadi aku keluar lho sayang!" Wah, secepat itukah gadis yang kuanggap kalem ini keluar? Ternyata dirinya sangat menghayati cumbuanku tadi, sehingga sebelum kumasukkan batang kemaluanku ia sudah hampir mencapai orgasme-nya.

Aku meremas payudaranya dengan dua tanganku sambil ku jilati dan ku hisap, apalagi kedua tangan lia terangkat karena mendekap dan mengacak-acak rambutku. Sementara pinggulnya masih bergerak pelan maju mundur atau memutar, kumainkan putting Lia didalam mulut dengan lidahku, "Aww?geli, ihhh?suka banget sih nenen di tetek Lia? Enak ya sayang?" Tanyanya manja, "Iya nih, tetek kamu enak banget yang!" ucapku yang masih saja mengelomoti payudara kencang tersebut. "Terusin sayang, Lia juga suka di sepong nenen-nya?asshhh!" Lia mendesah nikmat, goyangan pantatnya pun semakin kencang.

Tanganku mulai bergerak, tidak lagi meremas susunya tapi kini memegang pinggulnya dan membantu tubuh Lia naik turun, "Aduhhh..Ri, aduhhhh?jangan digini-in, nanti Lia nggak kuat!" Nada ucapan gadis itu seperti menolak, tapi gerakan tubuhnya ternyata menandakan ia tidak ingin berhenti dari permainanku, tubuhnya melunjak-lunjak kencang diatas tubuhku, terdengar suara vaginanya yang becek dan basah?plek?plek?plek, payudaranya bergoyang kesana kemari, "Ri?kontolmu..enakkk..iya?teruss..nancep banget?aaaahhhh?Ri, Lia gak tahan?aaaahhh!"
"Tahan sayang?, sebentar lagi Lia..!" Gerakan tubuhnya makin cepat saja, "Gak tahan Ri,enakkkk?aduhhhh?terusss..sodok?tancepin?.shhhh?entot yang keras sayang..sshhh"
Aku menghentak tubuhnya keras-keras beberapa kali untuk memberikan sensasi, Lia pun mengaduh?Crepp..creppp.creppp, Makin indah payudara gadis itu terlihat, dengan cepat ku raih, dan kuhisap dalam-dalam, "Akhhh..Ariiii jangan diiseppp?aaaahh?makin gak kuat memek Liaaaa!" Jemarinya menjambak rambutku.
"Memek Liaaa enakkk?sempittt sayang, makin suka aku ngentotin!"
"Argghhh?.iya Ri, entot pake kontolmu yang gedeeeeeeeee?
guling2 guling2 " Seketika tubuh Lia mengejang beberapa kali, payudaranya membusung kedepan, kedua tangannya mengapit erat kepalaku di bagian dadanya, dan wajah manisnya menengadah.

Tampaknya Lia sedang menikmati saat-saat puncaknya, terdengar nafasnya masih tersengal-sengal, ia mencium bibirku, "Shhhh?enak banget sayang, Lia gak pernah ngerasain yang kaya gini!", aku pun membalas ciumannya.
Karena aku masih belum keluar, maka kembali aku menggerakkan pinggul Lia keatas kebawah, dan juga mempercepat gerakan penisku didalam vaginanya. "Ariiii?masih ngilu sayang!", namun aku tidak memperdulikan kata-kata Lia.

Malah sekarang ku angkat tubuh Lia dan kurapatkan dengan dinding toilet, "Jangan Ri?Lia masih capek!", namun semakin cepat sodokan penisku, gairah Lia pun menjadi tinggi kembali. Ia mendesah dan meracau keenakan, "Ahhhh?teruss Riiii?entot yang enakkkkk!"
"Argghhhhh?!", kusentak lagi beberapa kali vagina Lia, membuat gadis itu tambah melayang, "Aduhhhh..kontolmu Ri, Lia mau dientot kontolmuuuu?"

Mendengar racauan Lia yang liar itu, menyebabkan diriku semakin dekat dengan puncak, penisku sudah berdenyut-denyut dari tadi. "Sayang, Ari mau keluar nihhhh?"
"Keluarin didalem Rii?dimemek Liaaaa?aaakhhhhh!"
"Mau pejuh Ari yaaa?"
"Iyahhhhh..memek Lia hausssss?lebih cepat sayang?aaaahhh, siramin memek Lia pake pejuh?"
Crootttt, crooottt?air maniku muncrat begitu saja membanjiri liang vaginanya, sedangkan tubuh Lia bergetar beberapa saat sambil mengeluarkan suara lenguhan, nikmat sekali rasanya bercinta dengan gadis itu.Entah berapa kali penisku berkedut-kedut memuntahkan isinya, aku sendiri tidak mencoba menghitungnya karena kehangatan menjalar disekujur badan membuatku tetap diam merasakan puncak orgasmeku tadi.

Tamu
Guest


Back to top Go down

new Terusan ...... Part II

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 6:04 pm

"Makasih ya Ri!" ucapnya pelan dan tersenyum padaku. Kulihat wajah cantik gadis itu merona merah dalam letihnya.
"Sekarang udah tenang yah otakmu? Gak ngeres lagi kan?" Ujarku bercanda.
"Enak aja, selama masih ada kontolmu gimana otak gak ngeres, kamu tuh yang bikin aku ngeres!"
"Yeee?Bilang aja suka sama kontolku!"
"Emang, tau aja sih!"
"Ya tau dong, orang memek kamu ketagihan gitu!"
"Huuuu?bisa aja!"
"Kalau gak ketagihan kok masih ditancepin terus?"
"Iiihh..itu mah kamu yang nancepin, emang enak ya memek Lia?"
"Enak banget Ya, kalau kamu pacarku udah aku entot tiap hari!"
"Hah! Ihhh?Emangnya kuat gitu?"
"Kuat aja kalau ada obat kuatnya!"
"Masak?"
"Iya dong, makanya kasih dulu obatnya!"
"Emangnya ada sama Lia?"
"Ada tuh, nih obat kuatnya!" Ucapku sambil menyentuh payudaranya. "Hihihi?bisa aja kamu ah, bilang aja mau nenen lagi!"
"Emang mau, nenen dong yang!"Aku meminta dengan manja sambil pelan-pelan meremas-remas payudaranya.
"Tapi janji ya cayang, ntar puasin Lia lagi?" ia menjawab dengan nada manjanya juga. "Iya deh, sekarang Ari mau mimik susu nih!"
"Aduh kacian yayang, ya udah sini mimik susu Lia dulu!"
"Asikkk nenen lagi..Nyammm!" Selanjutnya aku sudah melahap payudara Lia lagi yang mulai mengeras bereaksi menerima rangsanganku.
Tidak
berhenti aku menjilati dan mengulum serta mengisap putingnya, sesekali
tanganku memijit pahanya serta mengusap bibir kemaluannya, membuat
nafas gadis cantik ini tersengal-sengal dan mendesah-desah, "Terus
sayang, ohhh?sshhh?nenenin tetek Lia Ri, nikmat banget sih Ri?, ayo Ri
terusss?biar kuat ngentotnya!"
Tampaknya Lia sudah mulai bangkit
kembali birahinya, pantatnya kini bergoyang-goyang, sementara penisku
masih ada didalamnya. "Puasin Lia lagi Ri, ayo sayang!"
"Yang, belum bangun nih dedeknya!"
"Ahhh
Ariii?Lia udah gak tahan nih mau dimasukin lagi!" cepat sekali rupanya
anak ini terangsang, padahal aku saja belum sama sekali. Akhirnya
kusuruh ia untuk gantian duduk diatas toilet pesawat.
"Minta
disepong yah kontolnya, sini Lia sepongin biar bangun lagi!" Rupanya
Lia telah mengerti maksudku, tanpa pikir panjang lagi ia langsung
meraih batang kemaluanku itu dan melumatnya.
Seksi kelihatannya
memperhatikan bibir merah gadis itu menyetubuhi penisku, indah dan
menggiurkan, ditambah sekarang kubantu ia menyalurkan gairahnya dengan
memasukkan dua jari ke dalam lubang kewanitaannya.
"Oughhhh?Ssshhhhh!"
"Hmmmppp?!"
Semakin kencang gerakan jariku semakin banyak Lia mendesah meski
mulutnya tersumpal oleh kemaluanku, tapi aku tahu ia sangat menikmati
permainan jemariku ini.
Tiba-tiba, Lia melepaskan pegangan tangan
dan isapannya dari penisku, "Ahhhhhhh..Ri gak tahan nih,
aduhhhh?.aduhhhh?..!" Ia mengocok vaginanya sendiri dengan jarinya,
mencolok-colok cepat tanda ia hampir sampai.
Namun muncul niatan
jahilku, aku langsung menarik dua tangannya keatas, Lia pun
meronta-ronta, "Ariiii..jangan Ri, Lia gak kuat lagi?mau
keluar..ahhhh..Ri!"

Melihat wajahnya merengek-rengek seperti itu akhirnya membuat
nafsuku naik kembali. Segera saja, aku merengkuh pinggang gadis itu
bangun lalu kemudian kubalikkan tubuhnya dan Sleppppppppppppp
Penisku
menusuk liang kewanitaannya dari arah belakang, pantat sekal gadis ini
bergetar. Lia menjerit menyebut namaku, "Ariiiiiiiii?.!"
Ternyata
gadis ini mengalami orgasmenya lagi, jarang kutemui gadis yang mampu
mengalami klimaks berulang kali. "Gimana? Enak sayang?"
"Enak banget Ri, enak banget?!"
"Aku pasrah Ri kamu apain aja, yang penting aku puas. Ayo Ri, entotin lagi aku?Lia mau dientot seharian..mau kontol Ariiii!"
kini
pantatnya bergoyang maju mundur, sepertinya ia mengharapkan aku
bergerak untuk menyetubuhi kemaluannya. "Ayo Ri, jangan diem
aja?Riiiii?Ahhhh?Ahhh, entotin Lia Riii?" Pantatnya semakin kencang di
hujamkan kebelakang sampai terdengar keras bunyi pantatnya yang beradu
dengan pahaku.
Puas melihat Lia menderita seperti itu, lekas
tanganku menelusup dari ketiaknya lalu cepat meremas susunya. Lia
mengaduh dan berdesis?

Bersamaan dengan itu aku langsung menggerakkan batang kemaluanku di
vaginanya dengan cepat. Membuat lia menjerit, kepalanya menengadah,
"Terus Riiii?Terusss? yang kenceng sayang, yang kenceng kontolin
Lianyaaaa?aaaahhh."
Gila, kata-katanya semakin jorok, semakin liar
dan kasar. Langsung saja aku raih pinggul gadis itu dan semakin cepat
kugerakkan maju mundur dalam vaginanya, dilain sisi Lia juga ikut
menyeimbangkan gerakanku. Tubuh gadis ini sesekali terhentak-hentak
kedepan diiringi desahannya yang meraung-raung. "Iyahhhhh..teruss
yang?memek Lia buat Ariii?buat di entot..aaaghhhh?terussssin?shhhhhh"
"Nih kontolku say, rasain kontolku nih!"
"Mana,
mana yang?ahhhhh pengin kontol kontol kontol!" Gadis itu seperti sudah
menjadi gila, terbawa oleh nafsunya sendiri. Tidak sadar ia berada
dimana, ia terus berteriak meracau keenakan.
Bahkan kini tingkah
gadis itu semakin gila, ia menjatuhkan diri dilantai toilet, membuka
pahanya lebar-lebar lalu mendesah, "Riii?masukin lagi sayang, Lia
pasrah?sshhhh, masukkin disini?nih memek Lia sayang?minta di
entotin?aghhhhh" erangnya sambil mengucek-ngucek kemaluannya sendiri
"Kamu gila Lia, kamu gila!"
"Kontolmu yang bikin aku gila Ri?ahhhhh?tusuk disini yang..ayooo!"
Aku pun ikut terbawa arus permainan gilanya, kuangkat paha gadis itu hingga ke bahuku, lalu kusetubuhi lagi dirinya.
Ah, vaginanya memang terasa legit sekali. Menjepit kemaluanku, hangat didalamnya.
"Yahhh..teruss..sayang?ahhhh?nikmat..oughhh!" Jeritnya sembari meremas buah dadanya sendiri.
"Terus
Riii?Lia keluar lagii..ahhhhhhhhh!" Tak lama kemudian tubuhnya bergetar
hebat lagi, mengejan tertahan beberapa detik. Lalu terbaring lemas
keenakan. Yang tertinggal sekarang hanya gairah nafsuku yang masih
meninggi dan ketika Lia mengalami orgasmenya tadi, aku merasa seperti
terhenti begitu saja di tengah jalan. Hal tersebut menimbulkan ganjalan
dalam diriku, hatiku berbicara menuntut kepuasan.
"Lia.." Aku memanggil namanya. Ia hanya memandangku dengan matanya yang sayu. "Aku belum keluar nih sayang!"
"Ahhhh..kuat banget sih dedeknya yang!" Jawabnya pelan walaupun aku tahu ia terkejut.
"Iya
nih!" lalu muncul niat iseng ku lagi, yaitu aku ingin menyenggamai
payudaranya yang indah itu, maka aku bilang sama Lia. "Lia, dedek Ari
mau mimik susu juga nih!"
Tapi ternyata gadis itu lebih paham dari yang kukira, "Hayooo?mau entotin tetek Lia kan?"
"Hehehehe? Ngerti aja sih kamu, sering yah emangnya?"
"Baru
aja mau aku tawarin, eh udah minta duluan dedek kamu, sini dedeknya
sayang, taruh di nenen Lia!" lalu aku cabut penisku dari kemaluannya
dan aku pas-kan tepat pada belahan susunya. Lia pun menekan buah
dadanya dari kedua sisi hingga kemaluanku diapit payudara gadis cantik
ini dengan rapat. Kenyal, keras dan nikmat sekali rasanya. Pemandangan
saat itu lebih dari yang namanya erotis. Benar-benar sensasional.
"Ih si dedek, pinter banget mimiknya..uhhh, enak banget Ri, geli deh!"
"geli ya sayang?"
"Iya nih, ada jembutnya sih?Nyammm!" Gadis itu mengisap kemaluanku yang bergerak-gerak di payudaranya.
"Terus sayang di isep yah, biar enak nih!"
"Hmmpppfhh?" bibirnya terus bergerak-gerak mengelomoti kemaluanku.
"Yang?
Dedeknya keenakan nih!" Penisku mulai kugerakkan perlahan, terdengar
bunyi plok plok plok biji pelirku yang beradu dengan payudara Lia,
ditambah lagi suara lomotan mulutnya -slurrpppppp, semakin membuat
diriku melayang.
"Terus Ri, dientot yah teteknya? aduhhhh? enak
banget kontolmu? ahhhhh!" Begitu desahnya sambil memainkan penisku.
Lidahnya menelusuri batang kemaluanku lalu naik lagi ke ujungnya dan
kembali menelan penisku yang panjang, gemuk serta berdiameter lebar.
Lama
kelamaan aku merasa saatnya tiba untuk mengeluarkan sesuatu yang sedari
tadi terus kutahan, "Liaaaa?Ari mau keluar nih!" ujarku sedikit
menggeram.
"he-eh keluarin aja, lia pengin peju Ariii?" Jawabnya
yang sedang mengemut buah pelirku, sambil dibantu dengan menggunakan
tangannya mengocok penisku.
"Pengen dipejuin yah teteknya!"
"Iyahhhhh?mau peju kontol Ariiii.."
"Isepin yang enak say, ntar keluar pejuhnya."
Lia
semakin bersemangat memainkan kemaluanku. Ia menggerakkan payudaranya
sekaligus melumat kemaluanku. "Terus sayang, sebentar lagi?sebentar
lagi." Teriakku
"Nyammmm?.pejuin Lia, pejuin Lia?Ahhhhhhhh?.ssshhhhhh?.teteknya mau peju."
"Nih
peju Ari nih Lia, nih peju Ariiii?.Ahhhhhhhh" Dan akhirnya kubiarkan
pertahananku bobol begitu saja. Croooottttttttttt?Croooottttttttt? air
maniku bermuncratan menyirami buah dada gadis cantik itu. Banyak sekali
keluarnya, hingga belepotan disana sini.
"Ahhhhhhhh? tetek Lia
dipejuin? Angetttt?terus pejuin?" Ujar Lia yang ternyata juga mengalami
orgasme lagi. Tetapi cepat seakan tak mau ketinggalannya mulutnya
langsung melahap batang kemaluanku lagi, sehingga leleran terakhir
cairan spermaku semuanya tumpah ke dalam mulut Lia. Gadis cantik itu
menelannya sampai habis, bahkan ia masih menjilati penisku yang basah
oleh bekas cairan vaginanya bercampur maniku sendiri.

Saat itu aku baru sadar jika permainan gila kami berlangsung sangat
lama sekali. Aku heran mengapa tidak ada penumpang yang mengetuk toilet
untuk buang air atau sekedar membasahi wajah mereka. Apakah semuanya
telah tertidur? Aku sendiri tak mengerti. Namun bergegas kami
merapihkan segalanya. Sebelum keluar dari toilet aku mengintip terlebih
dahulu, ternyata tak ada siapa-siapa, maka dengan cepat kami berjalan
kembali ke kursi penumpang.

Benar-benar pengalaman yang tak akan terlupakan, tetapi juga
melelahkan. Lia berbisik di telingaku ketika hendak memejamkan mata,
"Kapan-kapan aku mau mengulang seperti tadi lagi." Katanya sambil
tersenyum. Lalu ia memejamkan matanya untuk tidur.

Tamu
Guest


Back to top Go down

new Re: Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 6:07 pm


POSTING CERITA CERITA SEKS YANG KAMU PUNYA DI SINI

lol! lol! lol! lol! lol!


Tamu
Guest


Back to top Go down

new Re: Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks

Post  Tamu Tue Nov 20, 2007 6:11 pm

daydreaming daydreaming daydreaming DITUNGGU YAGHdaydreaming daydreaming daydreaming


Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks 783517 Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks 783517 Jangan lupa kommentnyaShare Kalo ada yang punya cerita cerita Seks 783517 Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks 783517



Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks Achenk10

Tamu
Guest


Back to top Go down

new Re: Share Kalo ada yang punya cerita cerita Seks

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum